Hari ini, Jumat (20/8) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang Taufiqurrohman menyampaikan tausiyah dalam giat doa bersama yang digelar oleh Pengurus PGRI Kabupaten Jombang. Doa Bersama yang dilakukan secara virtual melalui zoom meeting ini merupakan salah satu wujud bakti PGRI Jombang bagi bangsa pada HUT ke-76 Kemerdekaan RI.
Dihadiri oleh jajaran pengurus PGRI Kabupaten Jombang, Pengurus PGRI Cabang dan Cabang Khusus, Perangkat Organisasi dan anggota PGRI se-Kabupaten Jombang, doa bersama dirangkai dengan pembacaan tahlil ditujukan untuk mendoakan para guru yang telah gugur di masa pandemic covid-19.
Dalam tausiyahnya, Taufiqurrohman menyampaikan nasihat dari Syeikh Ibrahim bin Adham, salah satu tokoh sufi terkemuka. Ada 10 perkara yang bisa menyebabkan hati manusia beku dan mati dan memicu terhalangnya doa seseorang.
Pertama, manusia mengenal Allah namun tidak menunaikan hak-hak Nya. Manusia telah diberikan Allah nafas, rizki, kesehatan, keluarga yang tenang, maka harus menjalankan perintah dan menjauhi larangan-laranganNya. Kedua, manusia membaca kitab Allah, tapi tidak mengamalkannya. Ketiga, manusia tahu bahwa iblis itu musuh, tapi tidak bisa menahan godaan iblis, misalnya perbuatan syirik, iri, dengki, beramal tendensinya bukan karena Allah. Ia mencontohkan sebagai guru menjalankan pembelajaran, tapi keikhlasan masih diragukan, karena masih ada tendensi kepada selain Allah.
Keempat, menyatakan cinta kepada surga Allah, tapi tidak mengikuti jalan menuju surga. Kelima, menyatakan cinta kepada Rosul, tapi meninggalkan keteladanan dan jalan yang ditempuh oleh Rosul, seperti ajaran siddiq, amanah, tabligh, fathonah. “Tugas-tugas kita sebagai guru merupakan amanah dari Allah melalui pemerintah, melalui masyarakat yang menitipkan anak-anaknya kepada kita.” tandasnya.
Keenam, mengetahui bahwa kematian adalah haq, namun tidak melakukan persiapan untuk kematian. Ketujuh, selalu memperhatikan aib dan kesalahan orang lain, namun tidak menyadari aib dan kesalahan diri sendiri. Kedelapan, selalu menggunakan rizki yang diberikan Allah, namun lupa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Kesembilan, manusia sering mendengarkan innalillahi wa inna ilaihi roojiun, menguburkan jenazah, namun tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Kesepuluh, mengakui takut terhadap siksa neraka, namun tidak henti-hentinya berbuat dosa, baik dosa kecil maupun besar.
Di akhir tausiyahnya, ia mengingatkan bahwa pandemi covid-19 merupakan gambaran bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. “Maka hilangkan kesombongan dalam diri kita.” pungkasnya. (ds)
Bismillah semoga selalu mampu mengikuti yg dsampaikan beliau, yakni nasihat dari Syeikh Ibrahim bin Adham. Insya Allah.